Pentingnya
Pendidikan Berkarakter di Indonesia
Oleh : Royan Adi Ikhsan
Di Indonesia, pendidikan
merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia. Menyadari hal
tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan
sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas, berkarakter, berkompetitif dengan jujur dan mampu menyesuaikan
diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun pada
kenyataannya, pendidikan saat ini hanya menekankan pada
hasil bukan proses sehingga telah gagal menciptakan generasi yang berkarakter.
Oleh karena itu pendidikan karakter dianggap penting untuk dilakukan dalam
rangka memperbaiki moral bangsa Indonesia. Pendidikan karakter adalah
pendidikan yang menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa, sehingga mereka
memiliki karakter yang baik di dalam dirinya. Dalam pendidikan karakter sendiri,
ada beberapa nilai moral yang baik untuk ditanamkan pada siswa-siswa di
sekolah, diantaranya: nilai
religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, demokratis, kompetitif, inovatif,
dan tanggung jawab.
Pendidikan harus diberdayakan setiap saat,
berkelanjutan, dan tersistem. Ini semua menuntut adanya tingkat unggulan
kompetitif yang tinggi. Sehingga kita memerlukan inovasi yang pesat dalam dunia
pendidikan. Karena, menjadi bangsa yang berharkat memerlukan unggulan
kompetitif dalam berbagai bidang. Jika kita ingin menghasilkan berbagai
unggulan kompetitif outcome pendidikan. Inovasi harus menjadi prioritas
penting dalam pengembangan sektor pendidikan. Tanpa ada inovasi yang
signifikan, pendidikan kita hanya akan menghasilkan lulusan yang tidak mandiri,
selalu tergantung pada pihak lain. Pendidikan juga perlu difungsikan sebagai
ujung tombak untuk mempersiapkan sumber daya manusia dan sumber daya bangsa,
agar kita memiliki unggulan kompetitif dalam berbangsa dan bernegara di
tengah-tengah kehidupan dunia yang semakin global.
Pendidikan sejatinya harus mampu melahirkan kader
terbaik bangsa yang memiliki pemahaman kebangsaan dan peduli terhadap kehidupan
bangsa dan negara. Secara umum, kompetensi yang dimiliki oleh generasi
kreatif, inovatif dan kompetitif yaitu:
1. Mampu
bersaing, bertahan dengan integritas dan disiplin
2. Mampu
membuat solusi terhadap suatu masalah
3. Mampu
memimpin, memberi keteladanan, dan menjadi pengikut yang baik
4. Mampu
bekerja secara tim maupun mandiri
5. Mampu
memahami kebhinekaan budaya nasional, global dan spiritualitas
6. Menguasai
wawasan kebangsaan dengan baik.
Menurut para ahli,
seseorang yang kreatif selalu melihat segala sesuatu dengan cara yang
berbeda dan baru. Orang yang kreatif, pada umumnya mengetahui
permasalahan dengan sangat baik, serta dapat melakukan sesuatu yang menyimpang
dari cara-cara tradisional. Proses kreativitas melibatkan adanya ide-ide baru
yang berguna dan tidak terduga, namun dapat diimplementasikan.
Yang perlu
diperhatikan dalam praktik pendidikan adalah bagaimana agar anak didik tidak
mendapatkan hambatan untuk berpikir kreatif. Hambatan yang mengganggu
kreativitas adalah jika pendidikan yang kita jalani tidak sesuai dengan minat
dan bakat siswa.
Selain itu, gaya kreativitas yang dimiliki juga tidak nyambung “match” dengan
tuntutan kehidupan sehari-hari.
Hambatan lain
terhadap kreatifitas datang dari unsur psikologis. Untuk menjadi kreatif
seseorang harus berani untuk dinilai aneh oleh orang lain. Lihat saja para
penemu dan seniman-seniman besar yang pada saat menciptakan karyanya seringkali
dianggap “gila”. Karena itu tidak semua siswa siap untuk berbeda pendapat/ide dengan orang lain
meskipun ide tersebut kemudian terbukti benar. Pola pendidikan kita yang kurang
mendorong adanya variasi atau perbedaan pendapat juga sangat mendukung
kurangnya kreativitas pada peserta didik.
Yang jelas, untuk
menumbuhkan kreativitas
dalam dunia pendidikan kita sebetulnya tidak sulit. Karena pada dasarnya
kreativitas dapat terjadi di semua bentuk dan model pendidikan sejauh lembaga
tersebut menghargai atau mendorong individu-individu untuk berkreasi. Jika
tidak, maka anak didik yang kreatif akan menjadi frustrasi dan
selanjutnya terjebak dengan rutinitas yang ada.
Cara guru mengajar
dan mendidik siswanya dengan mengabaikan perkembangan imajinasi dan kreativitas
anak justru telah membuat “gembok” dalam otak belahan kanan anak-anak. Gembok
itu harus segera dibuka sehingga perkembangan otak kanan anak Indonesia bisa
seimbang dengan otak kirinya. Cara untuk membuka gembok itu antara lain dengan
memberikan latihan kepada anak lewat kegiatan pengamatan, interpretasi,
ramalan, dan eksperimen atau penerapan teori.
Kreatifitas
adalah jantung dari inovasi. Tanpa kreatifitas tidak akan ada inovasi.
Sebaliknya, semakin tinggi kreatifitas, jalan ke arah inovasi semakin lebar
pula. Sayangnya, banyak pendapat keliru tentang kreatifitas. Misalnya,
kreatifitas itu hanya dimiliki segelintir orang berbakat. Lebih salah kaprah
lagi, kreatifitas itu pembawaan sejak lahir. John Kao, pengarang buku Jamming:
The Art and Discipline in Bussiness Creativity, (1996), membantah pendapat ini.
“Kita semua memiliki kemampuan kreatif yang mengagumkan. Dan benar kreatifitas
bisa diajarkan dan dipelajari,” kata Kao.
Kreatifitas
selalu dimiliki orang berkemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi. Ini
juga pendapat keliru. Berbagai penelitian membuktikan, sekalipun kreatifitas
bisa dirangsang dan ditingkatkan dengan latihan, namun tidak berarti orang
cerdas dan berkemampuan akademik tinggi otomatis bisa kreatif. John G. Young,
pengarang buku berjudul Will and Won’t: Autonomy and Creativity Blocks (2002),
berkesimpulan bahwa kreatifitas juga membutuhkan kemauan atau motivasi.
Mengapa?
“Sebab memiliki
ketrampilan, bakat, dan kemampuan kreatif tidak otomatis membuat seseorang
melakukan aktivitas yang menghasilkan output kreatif. Ia bisa memilih tidak
melakukan aktivitas kreatif. Jadi faktor dorongan atau motivasi sangat penting
di sini,” tegas Young.
Maka sudah saatnya dalam dunia pendidikan kita,
perlu dibangun budaya berkompetisi untuk mengembangkan kreativitas siswa. Hal
tersebut bisa difasilitasi dengan cara menyelenggarakan berbagai lomba,
olimpiade dan sebagainya. Yang jelas, kegiatan semacam itu akan sangat membantu
para pelajar dan mahasiswa untuk memiliki mental kompetitif. Sehingga, mereka
akan terdorong untuk terus berkreasi serta mengeksplorasi bakat (Iba Ismail,
2004).
Selain itu, seseorang yang biasa mengikuti berbagai
lomba akan memiliki kepercayaan diri dan kematangan mental ketika harus
berkompetisi dengan peserta dari negara lain di tingkat dunia. Ahli strategi
Sun Tzu (seorang tokoh yang hidup pada zaman Tiongkok kuno, namun tulisannya
banyak sekali dimanfaatkan dalam strategi bisnis dan perang modern) menulis,
suatu peperangan akan dimenangkan pihak yang mempunyai rasa percaya diri yang
besar. Dengan kepercayaan diri tersebut, akan semakin mantaplah langkah untuk
menghadapi persaingan di tingkat internasional, khususnya dalam era globalisasi
ini.
Menurut Prof. Dr. Winardi, kreativitas merupakan
sifat yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang agar dapat survive
(bertahan) dan mampu “memperbarui” dalam kondisi zaman yang sangat kompetitif
saat ini. Kreativitas bermanfaat untuk membantu kita dalam memecahkan masalah
secara lebih efisien dan efektif, membuat kita mampu menghasilkan produk yang
inovatif sesuai dengan perkembangan jaman, serta membuat hidup menjadi lebih
bergairah dan tidak membosankan. Kreatif akan menjadi salah satu strategi
pribadi dan bisnis terpenting dalam menunjang kelangsungan hidup dan mencapai
sukses. Kebutuhan akan pemikiran kreatif jadi semakin penting seiring dengan
fakta bahwa metode operasi yang tradisional sedang menuai kegagalan.
Strategi pengajaran diungkapkan oleh Horng dkk.
(2005), yang mengemukakan berbagai strategi pengajaran kreatif yang telah
terbukti berhasil meningkatkan kreatifitas para siswa. Strategi tersebut
sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang terintegrasi. Berbagai strategi
tersebut ialah :
A. Pembelajaran
yang berpusat pada siswa
Strategi ini menuntut guru berperan sebagai
fasilitator yang menolong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi
kelompok, bermain peran, melakukan presentasi secara dramatikal, dan berbagai
aktifitas kelompok lainnya. Guru juga berperan sebagai teman belajar,
inspirator, navigator, dan orang yang berbagi pengalaman. Para siswa diberi
kebebasan untuk memilih perspektif yang akan mereka gunakan untuk mempelajari
suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat para siswa berubah dari pendengar
pasif menjadi observer dan mampu menunjukkan kemampuannya. Guru hendaknya juga
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memilih topik dalam berbagai
tugas proyek individu atau kelompok.
B. Penggunaan
berbagai media dalam pembelajaran
Guru
yang kreatif akan menggunakan berbagai media dalam mengajar yang bertujuan untuk
menggairahkan para siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan
memicu diskusi yang lebih mendalam. Tan (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan
bahwa video terbukti efektif untuk meningkatkan kreatifitas para siswa.
Pelajaran yang difasilitasi oleh penggunaan video akan menjadi lebih atraktif,
menarik, dan lebih mudah diingat oleh para siswa.
C.
Strategi manajemen kelas
Strategi ini mencakup interaksi antara guru dan
siswa yang bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai
kebutuhan dan individualitasnya. Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada
dan bahasa tubuh yang ramah (gentle) kepada para siswanya. Guru diharapkan juga
tidak menginterupsi atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa
mengekspresikan ide-idenya. Guru diharapkan mampu memberikan bimbingan,
pertanyaan terbuka yang lebih banyak, atau menyampaikan pengalaman pribadinya
sebagai referensi. Humor yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi
jembatan penghubung antara guru dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar
yang santai.
D. Menghubungkan
isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata
Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan
konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para
siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon,
berdiskusi, dan berfikir dalam tingkat tinggi. Proses pengajaran yang
terintegrasi akan menolong para siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam
mengekspresikan dan merealisasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari,
menemukan contoh dalam kehidupan nyata untuk membuktikan apa yang telah mereka
pelajari, dan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan berbagai pengalaman
kehidupan.
E. Menggunakan
pertanyaan terbuka
Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para
siswa untuk berfikir kreatif. Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) bahkan
menyatakan bahwa pertanyaan terbuka merupakan karakteristik dari guru yang
kreatif. Guru yang kreatif juga selalu mendorong siswanya untuk membuat dan
berimajinasi dalam diskusi kelompok. Berbagai hasil penelitian (dalam Horng
dkk., 2005) menunjukkan bahwa para guru dapat memberikan pengaruh yang lebih
positif dengan mendorong para siswa agar ”menjadi kreatif”.
Dari uraian diatas, sekolah-sekolah di Indonesia diharapkan
dapat menerapkan pendidikan berkarakter sehingga siswa bisa berfikir secara
kreatif agar dapat berkompestisi dengan yang lain di era globalisasi ini.