Program SGM
(Siswa Gemar Membaca) : Upaya Membangun Budaya Literasi Generasi Muda di SMA
Negeri 1 Cluring
Oleh : Royan Adi Ikhsan
Indonesia merupakan negara yang
memiliki keberagaman budaya. Budaya itu sendiri dapat terbentuk karena
kebiasaan yang telah turun temurun di lakukan, dengan tidak lepas dari ilmu
pengetahuan. Salah satu budaya yang ada di Indonesia dan menjadikan generasi penerus
bangsa menjadi orang yang unggul adalah budaya literasi. Litersi bermakna luas,
literasi dipahami tidak sekedar membaca dan menulis, tetapi lebih pada
memanfaatkan informasi dan bahan bacaan untukmenjawab berbagai persoalan
kehidupan sehari-hari. Menurut Unesco seseorang disebut literate apabila ia
memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas yang
menuntut fungsi literasi secara efektif dalam masyarakat, dan pengetahuan yang
dicapainya dengan membaca, menulis, maupun arithmetic
memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan perkembangan
masyarakat.
Namun,
seiring dengan perkembangnya zaman budaya literasi di Indonesia mulai menurun.
Ilmu pengetahuan teknologi yang semakin pesat dapat menggantikan buku sebagai
sumber segala ilmu. Generasi di zaman sekarang ini lebih sering membuka handphone daripada buku. Lebih sering memlihat
pesan di Whatsapp, BBM, Line maupun
media sosial yang lainnya, lebih parah lagi mereka mengoprasikan dengan
menyimpang, Kegiatan tersebut membuat generasi muda di zaman sekarang lupa akan
waktunya yang senggang. Padahal waktu tersebut dapat digunakan untuk melakukan
hal-hal yang sangat bermanfaat seperti membaca ataupun menulis. Sehingga buku
yang mereka miliki pun hanya menjadi sebuah pajangan dan simpanan di lemari,
lebih ironinya lagi buku-buku yang terdapat di perpustakaan sekolah semakin
berdebu dan terabaikan. Dapat dikatakan bahwa generasi Indonesia sekarang akan
minim akan pengetahuan, karena membaca merupakan kebutuhan dasar yang
diperlukan oleh semua kalangan dalam memperoleh suatu informasi.
Hal
tersebut didukung oleh sebuah fakta atau temuan dari berbagai lembaga yang
melakukan studi tentang minat membaca. Programme
for International Student Assessment (PISA) tahun 2009 melakukan studi
tentang minat baca terhadap 65 negara. Dari studi PISA tersebut, peserta didik
Indonesia menempati urutan ke-57 dengan skor 394 (skor rata-rata OECD 493),
sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat
ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496). Sebanyak 65 negara yang di survei tentang minat baca
bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan
fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua
warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar
sepanjang hayat .
Studi
yang sama juga dilakukan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) terhadap minat baca beberapa negara di
dunia. Tidak jauh berbeda dengan temuan PISA sebelumnya, dari temuan UNDP
tersebut, Indonesia menempati posisi ke-96. Hasil Survei UNESCO pada tahun
2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 %. Indonesia pada
posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Melihat
keadaan tersebut, tidak ada cara lain untuk membentuk budaya membaca ini selain
dengan menjadikan membaca sebagai kewajiban melalui Program SGM (Siswa Gemar
Membaca). Semua menyadari bahwa buku menjadi salah satu pilar penting membangun
karakter bangsa. Karena buku bukan sekedar memberikan kita segudang ilmu
pengetahuan atau sekedar memuaskan dahaga intelektualisme kita. Namun, membaca
buku, dapat membantu merubah masa depan, serta dapat menambah kecerdasan akal
dan pikiran. Tanpa kita sadari manfaat membaca buku banyak sekali, antara lain
: dapat menstimulasi mental, mengurangi stress, menambah wawasan dan
pengetahuan, dapat menambah kosakata, dapat meningkatkan kualitas memori,
melatih ketrampilan untuk berfikir dan menganalisa, meningkatkan fokus dan konsentrasi,
memperluas pemikiran seseorang, mendorong hidup seseorang, membantu mencegah
penurunan fungsi kognitif, dan masih banyak lagi.
Demikian
besarnya pengaruh buku dalam menentukan arah dan kebesaran sebuah peradaban.
Tidak heran bila banyak negara begitu peduli terhadap minat baca bangsanya.
Berbagai langkah dan upaya dilakukan agar minat baca warganya meningkat.
Berbagai stimulus diberikan untuk mendorong agar warganya memiliki budaya baca
warganya. Di Jepang ada progam atau gerakan yang bernama 20 minutes reading
of mother and child.Gerakan atau program
ini mengharuskan seorang ibu untuk mengajak anaknya membaca 20 menit sebelum
tidur. Ini merupakan salah satu contoh dari upaya Jepang dalam meningkatkan
budaya baca warganya.
Hal
ini mendorong SMA Negeri 1 Cluring Kabupaten Banyuwangi untuk menerapkan
gerakan wajib membaca. Gerakan wajib membaca ini sering disebut SGM (Siswa
Gemar Membaca). Siswa diwajibkan membaca buku kurang lebih 15 menit sebelum
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai. Buku yang dibaca pun beragam dari non
fiksi hingga fiksi sesuai dengan minat siswa sendiri. Setiap awal bulannya
siswa diberi lembaran untuk mengisi setiap hari setelah membaca dengan
menuliskan ringkasan buku yang telah ia baca selama 15 detik tersebut dan menulikan
kosakata baru yang telah ia dapatkan. Pada akhir bulan akan ada pengecekan data
dan siapa saja yang tidak melaksanakannya maka akan mendapatkan teguran bahkan
sanksi yang tegas. Program SGM ini sudah berjalan kurang lebih 5 tahun. Gerakan
ini dilaksanakan dengan tujuan agar buday literasi yang telah ada di Indonesia
tidak lenyap seriring dengan berkembangnya zaman. Selain itu siswa akan
memperoleh berbagai informasi dari buku selain buku pelajaran, merubah cara berfikir siswa yang bergantung
pada gadget, dan mencetak siswa yang mempunyai wawasan luas, berkarakter, dan
berkualitas, juga menjadikan siswa dapat bersaing baik dilingkup regional,
nasional bahkan internasional.
Gerakan
tersebut sesuai dengan Permendikbud No. 21 Tahun 2015 tentang Kewajban Membaca
selama 15 Menit yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode
2014-2016 Anies Baswedan. Peraturan tersebut difasilitasi oleh Badan Bahasa
sebagai satu upaya literasi bahasa. Para siswa dibiasakan membaca dan memahami
isi bacaanya serta mampu menjadikan bacaan sebagai suber pengetahuan dan
inspirasi. Tujuannya untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Dengan
terselenggaranya budaya literasi secara berkelanjutan dikalangan generasi muda khususnya
di SMA Negeri 1 Cluring maka diharapkan dapat merubah ketergantungan siswa terhadap
handphone dan nantinya akan
menghasilkan generasi penerus bangsa Indonesia yang lebih baik serta membawa
bangsa ini kepada kajayaan dan kesejahteraan.
Mari Budayakan Membaca.
Salam Literasi !!!
Keren.Terus berkarya roy ��
ReplyDelete