Entri yang Diunggulkan

Mencetak Generasi Muda Anti Korupsi Melalui Pendidikan Moral di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ)

Mencetak Generasi Muda Anti Korupsi Melalui Pendidikan Moral di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ)           Indonesia merupakan negar...

Sunday, November 26, 2017

Program SGM (Siswa Gemar Membaca) : Upaya Membangun Budaya Literasi Generasi Muda di SMA Negeri 1 Cluring, Banyuwangi



Program SGM (Siswa Gemar Membaca) : Upaya Membangun Budaya Literasi Generasi Muda di SMA Negeri 1 Cluring
Oleh : Royan Adi Ikhsan
            Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya. Budaya itu sendiri dapat terbentuk karena kebiasaan yang telah turun temurun di lakukan, dengan tidak lepas dari ilmu pengetahuan. Salah satu budaya yang ada di Indonesia dan menjadikan generasi penerus bangsa menjadi orang yang unggul adalah budaya literasi. Litersi bermakna luas, literasi dipahami tidak sekedar membaca dan menulis, tetapi lebih pada memanfaatkan informasi dan bahan bacaan untukmenjawab berbagai persoalan kehidupan sehari-hari. Menurut Unesco seseorang disebut literate apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara efektif dalam masyarakat, dan pengetahuan yang dicapainya dengan membaca, menulis, maupun arithmetic memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan perkembangan masyarakat.  
Namun, seiring dengan perkembangnya zaman budaya literasi di Indonesia mulai menurun. Ilmu pengetahuan teknologi yang semakin pesat dapat menggantikan buku sebagai sumber segala ilmu. Generasi di zaman sekarang ini lebih sering membuka handphone daripada buku. Lebih sering memlihat pesan di Whatsapp, BBM, Line maupun media sosial yang lainnya, lebih parah lagi mereka mengoprasikan dengan menyimpang, Kegiatan tersebut membuat generasi muda di zaman sekarang lupa akan waktunya yang senggang. Padahal waktu tersebut dapat digunakan untuk melakukan hal-hal yang sangat bermanfaat seperti membaca ataupun menulis. Sehingga buku yang mereka miliki pun hanya menjadi sebuah pajangan dan simpanan di lemari, lebih ironinya lagi buku-buku yang terdapat di perpustakaan sekolah semakin berdebu dan terabaikan. Dapat dikatakan bahwa generasi Indonesia sekarang akan minim akan pengetahuan, karena membaca merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh semua kalangan dalam memperoleh suatu informasi.
Hal tersebut didukung oleh sebuah fakta atau temuan dari berbagai lembaga yang melakukan studi tentang minat membaca. Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2009 melakukan studi tentang minat baca terhadap 65 negara. Dari studi PISA tersebut, peserta didik Indonesia menempati urutan ke-57 dengan skor 394 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496). Sebanyak  65 negara yang di survei tentang minat baca bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat .
Studi yang sama juga dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) terhadap minat baca beberapa negara di dunia. Tidak jauh berbeda dengan temuan PISA sebelumnya, dari temuan UNDP tersebut, Indonesia menempati posisi ke-96. Hasil Survei UNESCO pada tahun 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 %. Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Melihat keadaan tersebut, tidak ada cara lain untuk membentuk budaya membaca ini selain dengan menjadikan membaca sebagai kewajiban melalui Program SGM (Siswa Gemar Membaca). Semua menyadari bahwa buku menjadi salah satu pilar penting membangun karakter bangsa. Karena buku bukan sekedar memberikan kita segudang ilmu pengetahuan atau sekedar memuaskan dahaga intelektualisme kita. Namun, membaca buku, dapat membantu merubah masa depan, serta dapat menambah kecerdasan akal dan pikiran. Tanpa kita sadari manfaat membaca buku banyak sekali, antara lain : dapat menstimulasi mental, mengurangi stress, menambah wawasan dan pengetahuan, dapat menambah kosakata, dapat meningkatkan kualitas memori, melatih ketrampilan untuk berfikir dan menganalisa, meningkatkan fokus dan konsentrasi, memperluas pemikiran seseorang, mendorong hidup seseorang, membantu mencegah penurunan fungsi kognitif, dan masih banyak lagi.
Demikian besarnya pengaruh buku dalam menentukan arah dan kebesaran sebuah peradaban. Tidak heran bila banyak negara begitu peduli terhadap minat baca bangsanya. Berbagai langkah dan upaya dilakukan agar minat baca warganya meningkat. Berbagai stimulus diberikan untuk mendorong agar warganya memiliki budaya baca warganya. Di Jepang ada progam atau gerakan yang bernama 20 minutes reading of  mother and child.Gerakan atau program ini mengharuskan seorang ibu untuk mengajak anaknya membaca 20 menit sebelum tidur. Ini merupakan salah satu contoh dari upaya Jepang dalam meningkatkan budaya baca warganya.
Hal ini mendorong SMA Negeri 1 Cluring Kabupaten Banyuwangi untuk menerapkan gerakan wajib membaca. Gerakan wajib membaca ini sering disebut SGM (Siswa Gemar Membaca). Siswa diwajibkan membaca buku kurang lebih 15 menit sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai. Buku yang dibaca pun beragam dari non fiksi hingga fiksi sesuai dengan minat siswa sendiri. Setiap awal bulannya siswa diberi lembaran untuk mengisi setiap hari setelah membaca dengan menuliskan ringkasan buku yang telah ia baca selama 15 detik tersebut dan menulikan kosakata baru yang telah ia dapatkan. Pada akhir bulan akan ada pengecekan data dan siapa saja yang tidak melaksanakannya maka akan mendapatkan teguran bahkan sanksi yang tegas. Program SGM ini sudah berjalan kurang lebih 5 tahun. Gerakan ini dilaksanakan dengan tujuan agar buday literasi yang telah ada di Indonesia tidak lenyap seriring dengan berkembangnya zaman. Selain itu siswa akan memperoleh berbagai informasi dari buku selain buku pelajaran,  merubah cara berfikir siswa yang bergantung pada gadget, dan mencetak siswa yang mempunyai wawasan luas, berkarakter, dan berkualitas, juga menjadikan siswa dapat bersaing baik dilingkup regional, nasional bahkan internasional.
Gerakan tersebut sesuai dengan Permendikbud No. 21 Tahun 2015 tentang Kewajban Membaca selama 15 Menit yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2016 Anies Baswedan. Peraturan tersebut difasilitasi oleh Badan Bahasa sebagai satu upaya literasi bahasa. Para siswa dibiasakan membaca dan memahami isi bacaanya serta mampu menjadikan bacaan sebagai suber pengetahuan dan inspirasi. Tujuannya untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Dengan terselenggaranya budaya literasi secara berkelanjutan dikalangan generasi muda khususnya di SMA Negeri 1 Cluring maka diharapkan dapat merubah ketergantungan siswa terhadap handphone dan nantinya akan menghasilkan generasi penerus bangsa Indonesia yang lebih baik serta membawa bangsa ini kepada kajayaan dan kesejahteraan. 
Mari Budayakan Membaca.
Salam Literasi !!!


1 comment: